foto kepala

Translate

Senin, 26 Agustus 2013

Sidang Terbuka

kita masih bersama sampai 10 menit yang lalu. Diantara semua hubungan gw, cuma yg ini aja sering nguji kesabaran gw, berkali-kali nyakitin masih aja gw maafin. Tuhan,,, aku dulu pernah bersumpah kalau aku akan berusaha sekuat tangan aku untuk meraih mimpi aku, apapun itu, meski hidupku telah dibuat pincang, ditinggal Ayahanda tercinta, aku selalu berjuang sendirian, kalau anak perempuan lain masih bisa merengek minta ini dan itu ke Ayahnya, aku kemana2 sendiri, entah ngelamar pekerjaan, interview, bahkan masalah sama orang sekalipun aku selesaikan sendiri.

Hidup ini selalu terasa tidak adil, Kau selalu mengambil orang2 yg aku sayang, sehingga meninggalkan luka yg dalam. Saat itu aku membuat deal... tidak ada yg bisa mengambil orang2 yg aku sayang kecuali kematian, bahkan tidak dengan takdirMu sekalipun, dengan pongah aku berkata malam itu. Kita buktikan, takdirMu itu bisa aku rubah semauku, aku yg menentukan Takdirku sendiri kecuali kematian. Saat itu aku mulai hitung2an dengan Engkau. Kita lihat siapa yg menang nanti. Yang terakhir ini tidak boleh Kau ambil lagi selain hanya dengan kematian. Meski aku hitung2an dengan Mu namun dalam setiap sujud dan doaku aku masih meminta pada Mu, meskipun aku berkata TakdirMu bisa aku yg menentukan, tapi tetap saja aku meminta dan berdoa kepadaMu. Aku hanya mau dia jadi jodohku, apapun itu tak boleh lagi Engkau mengambilnya. Siapa yg menang? TakdirMu atau UsahaKu.


Iya segala usaha aku lakukan, demi untuk besama dengan dia, berkali2 aku harus menurunkan kadar keegoisanku hanya untuk memaafkan dia, berkali2 Kau mau menunjukkan padaku bahwa dia bukan yg terbaik untukku tapi aku malah berkata : "selalu Kau tidak pernah mau memberiku kebahagian, untuk yg ini biarkan tanganku yg bekerja, bukan takdirMu!!"

Setahun pertama bagai 1000 tahun di neraka aku menjalin hubungan dengannya. Aku merasa tidak sanggup hidup dengan monster yg sering nyakitin hati aku dan membentak aku di depan umum. Tapi masih pikiran sempit berbicara "Hai Tuhan,,,, tidakkan Engkau memaksa aku untuk mundur? Tidakkah Enggkau berusaha  mengatakan TakdirMu adalah segalanya? Tidak, aku tidak akan menyerah, dia tetap harus menjadi milikku, jika dengan cara seperti ini Kau membuatku menyerah itu salah. Iya dia sering menyakitiku, tapi ini bukan alasan aku untuk mundur, aku tidak peduli, dia mosnter atau apapun, dia yg akan hidup bersamaku, aku gak mau yg lain. aku terima apapun kondisi dia, ini takdirku, aku yg menentukan"

Setiap kali aku merasa aku gagal, aku tidak sanggup hidup dengan dia, dia bagai monster yg makan sedikit2 dagingku, dia mengoyak hati dan pikiranku, saat itu aku mulai berkata aku menyerah, sialahkan Kau ambil dia dari hidupku, namun sontak seketika aku berkata lagi "Kenapa Tuhan... kenapa dengan cara seperti ini Kau mau ambil dia dari aku? kenapa aku gak berhak memilikinya? kenapa setiap usahaku sia-sia? kenapa doa disetiap tangisan dan sujudku tak juga kau dengarkan? Oh ya aku lupa, Kau ingin membuktikan Kau lah yg menetukan takdirku? tunggu dulu, bukankah Kau berkata nasibku bisa aku rubah? ok, menikah dengannya itu adalah nasib yg ingin aku tuliskan dalam nasibku, bagaimana dengan Takdir? hanya kematian yg memisahkan kita."

Saat aku terus ditekan, terus disiksa hidup2 oleh dia, bukannya mata aku terbuka bahwa dia bukan yg terbaik untuk aku, malah aku kembali membuka sidang terbuka disetiap malam yg hening.
"Tuhan ... dengan cara inikah skenario yg Kau buat, dia menyiksaku hidup2, dia menyakiti perasaanku, dengan cara inikah Kau ingin membuat aku menyerah?? Tidak, bukan aku namanya kalau aku menyerah" masih dengan mulut besarku aku berujar dalam doa, dalam komunikasi hanya kita berdua di keheningan malam.


Sampai waktu membuktikan, hingga aku bisa bertahan dengannya, dia pun mulai melunak dari hari ke hari. Namun Takdir lain mengatakan kami tetap tidak bisa bersatu, dia harus kembali ke negaranya. Malam itupun dengan berbekal air wudhu aku kembali meminta sidang terbuka.

"Tuhan... Kau lihat aku tidak menyerah sekalipun sulitnya kondisi hubungan yg aku jalani, berapa banyak orang mencemooh dan mengatakan kami tidak akan berhasil untuk bersatu, tapi sekuat tenagaku aku mengatakan pada dunia, bahwa kami bisa bersatu.Kau lihat Tuhan, aku tidak gentar. Namun kenapa skenario Kau rubah? kenapa dia harus kembali ke negaranya,buat dia tetap bersamaku" seolah malam itu Tuhan berkata dengan tertawa terbahak :

"Hai Sari... tidakkah kamu lihat, TanganKU lebih berkuasa ketimbang tanganmu yg lemah, Takdirmu adalah KuasaKu, Aku yg menentukan, bukan kamu. boleh kamu berusaha semampumu, tapi Aku yg menentukan, kamu terlalu sombong dan berani menantangKU? baiklah Ku katakan, Takdirmu bukan dia yg menjadi jodohmu"

"Tidak... jangan lakukan ini Tuhan, penderitaan apalagi yg ingin Kau buat terhadapku? tidak cukupkah Kau ambil orang2 yg aku cintai? kali ini pun Kau mau ambil dia? baiklah aku mengakui, Kau lah yg maha kuasa, aku terlalu yakin dan sombong bahwa segala nasib yg terjadi atas diriku adalah karena usahaku, bukan karena ketentuanMU, Tuhan,,, ku mohon berikanlah dia untukku dan aku untukknya, kalau dia tidak baik untukku, buatlah dia baik untukku, kalau dia bukan jodohku, jodohkanlah, kalau dia tidak bisa membahagaiakanku, buatlah dia bisa membahagiakanku, apa susahnya untukMu ya Tuhan, tidaklah Engkau merugi"

Tapi malang tidak dapat ditolak, untung tidak dapat diraih, dia akan tetap pulang, meski aku sudah berusaha menjadi orang baik dimatanya, namun cinta tulusku saja tidak mampu menahan dia untuk tetap disini. Malam itu... lebih lama dari biasanya dalam heningnya malam, aku meminta sidang terbuka lagi.

"Tuhan... dalam doaku hanya namanya, dalam usahaku selalu aku berbuat baik padanya, memaafkan segala kesalahannya, menerima segala kekurangannya, tapi itu saja tidak cukup untuk membuatnya tetap bersamaku, kali ini aku kalah lagi, Iya TakdirMu yg menang, oh aku lupa, Kau lah pemilik dunia raya ini, sedangkan tanganku? tak mampu membuat nasibku sendiri, aku pecundang!! Kenapa Engkau begitu kejam padaKu, kenapa tidak merelakan aku hidup bahagia dengan pria pilihanKu? kenapa?? dalih apa yg ingin Kau katakan? bahwa segala keputusanMu itulah yg terbaik untukku? kenapa tidak Kau putuskan dia saja menjadi jodohku? kenapa tidak Kau tulis saja namanya menjadi yg terbaik untukku?"

segala pertanyaan silih berganti, mungkin para ulama yg mendengar curhat gw tiap malam akan langsung berkata gw kafir, gw harus tobat. Iya memang. berkali2 Allah nabok pipi gw tapi gw gak pernah sadar. Berkali2 Allah ngasih tau bahwa dia bukan pria baik untuk gw tapi selalu gw balikin pertanyaan "kenapa gak buat dia baik ke gw"

Dan hari ini, tepatnya malam ini. Engkau berusaha meyakinkan aku bahwa dia bukanlah yg terbaik untukku. Disaat isi perut keluar semua, mengambil nafas pun tidak bisa, saat itulah aku merasa sangat lemah, aku berharap padanya, pada dia yg akan merasa iba dan menenangkan aku, tapi keadaan justru sebaliknya, dalam keadaan masih lemah, dia memarahiku di depan umum, malu pada orang2 karena muntahku mengotori tempat orang, boro2 merasa iba, melihat diriku pun dia jijik. Susu keluar semua dari mulut dan hidung, aku tak bernafas, bau amis susu mulai tercium, masih saja dia berkata susu ini bau. Belum lagi aku kuat berdiri, aku paksakan mencari alat pel karena tidak ingin dia merasa malu, maka aku sendiri yg membersihkan tempat itu, aku beli pembersih lantai dan aku pel lantai sendiri, sedangkan dia masih  pasang muka marah sambil melototin aku yg lagi ngepel. Tuhan,.. andai kejadian ini dilihat ayahku, pastilah beliau yg akan mengepel lantai ini tanpa aku minta, pastilah beliau akan merasa ketakutan karena aku muntah2, tapi laki2 ini berdiri di depan aku dengan wajah murka karena aku mengotori lantai orang lain.

Tuhan... maafkan segala kehilafanku, aku terlalu sombong diri dan merasa aku bisa menentukan segala bentuk takdirku, Tuhan, aku yakin Engkau maha pengasih dan penyayang, maka maafkalah aku, aku yg khilaf, aku yg sombong dan aku yg lemah. Sekarang aku tidak mau menulis apapun yg menjadi jalan hidupku, bukankan semua itu sudah Kau tulis sebagai jalan hidupku?

Astaghfirullohal adzim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar