foto kepala

Translate

Sabtu, 27 Agustus 2016

Surat Untuk Tuhan #Mama



Ya Tuhanku, Ya Rabku, kiranya aku jarang meminta padamu ya Allah, bukan karena aku sombong, bukan, tetapi karena tidak banyak yang aku inginkan di dunia ini. Tapi kali ini ya Tuhanku, Engkau yang dekat denganku sedekat pembuluh nadiku, sedekat ombak dan pantai, sedekat angina dan gemuruh, ijinkanlah aku memohon padaMu kali ini. Aku memohon, bukan lagi meminta, aku sangat berharap Engkau mengabulkan. Selama hidupku… hanya hal-hal terpenting saja yang ku minta padaMu, dan bagiku banyak hal yang tidak penting di dunia ini, sehingga tidak banyak yang aku pinta. Tapi permohonanku kali ini adalah permohon terbesar sepanjang hidupku, yang dapat aku katakan adalah tujuan hidup aku di dunia ini sebagai hamba sekaligus makhluk. Engkau sudah memberiku apa yang aku pinta dan apa yang tidak aku pinta, Islam, Iman, kesehatan, kesempurnaan raga, pendidikan, pekerjaan, pertemanan, tapi ijinkan aku meminta lebih lagi. Aku hanya ingin ini, jika permintaanku yang lainnya dapatlah Kau abaikan atau tangguhkan, tapi aku mohon tidak yang ini :
 


Orangtuaku tinggal satu, Engkau sangat tau bagaimana hubunganku dengannya, bagaimana egonya dan egoku sama tingginya, bagaimana kita banyak berbeda pendapat, bagaimana kita keras mempertahankan pendapat, bagaimana kita memaksakan kehendak satu sama lain. Selalu dalam pikiranku ingin memperbaiki pemikiran-pemikirannya yang keliru, namun kadang dengan cara yang salah dan kadang ego masing-masing sehingga tidak bisa di luruskan. Sehingga aku berfikir, anggaplah mamaku bersalah di mataku, namun apa untungnya aku menentangnya? Jika aku menang dalam menentangnya, aku akan menjadi arang, karena dia ibuku, walaupun aku menang tapi yang ku lawan adalah ibuku, percuma aku menang, tapi bila aku kalah dan dia yang menang, memang aku menjadi debu, tapi tidakkah itu lebih baik? Inilah doaku “Ya Allah, lunakkanlah hatiku, agar aku bisa menerima segala perbedaan pemikiran, dan tingginya egoisme ibuku, lunakkan hatiku untuk bisa menerimanya, dan berikan hati seluar samudra untuk selalu bisa memaafkannya, serta buatlah hatiku ini memiliki rasa cinta dan sayang yang besar kepada ibuku, berikan juga dia rasa sayang yang besar kepadaku, dan jadikanlah aku anak yang berguna baginya dan menjadi kebanggaannya” itu saja ya Allah. Karena ibukulah yang satu-satunya yang berharga yang aku miliki, aku tidak ingin menyesal sepanjang hidupku karena tidak pernah menyayanginya atau tidak berguna baginya. Engkau telah mengambil Ayahku sebelum aku berguna baginya, sebelum aku menunjukkan rasa sayangku padanya, sebelum ia tau bahwa aku menyayanginya. Semua sudah terlambat. Aku tidak ingin ini terjadi untuk kedua kalinya. Tuhanku yang maha pengasih dan penyayang, tunjukkanlah rasa kasihMu padaku dengan mengabulkan doaku ini, sungguh aku tidak ingin yang lain. Kelak saat ajalku tiba, aku bisa tersenyum mengingat bahwa aku telah disayangi dan berguna bagi satu orang perempuan, yaitu ibuku. Satu orang tapi berarti segalanya bagiku.

Aku tidak khawatir dengan hal yang lain, karir, uang, pendamping hidup, semua akan aku terima dan jalani mengikuti arah angin, nasib dan takdirku. Itu semua bisa aku usahakan. Karena nasib bahkan takdir selalu punya kesempatan untuk di rubah, tapi untuk melunakkan hati, menyadari bahwa ibu adalah segalanya sangat susah jika engkat tidak bergerak memberi hidayah dan tidak melunakkan hati ini, Engkaulah yang mampu merubah doaku, dan aku percaya, kali ini Engkau akan mendengar dan mengabulkan lagi doaku ini seperti doaku sebelumnya yang meminta agar engkau menyirami hatiku untuk selalu menikmati sholatku, yang selama ini aku lewati dengan tergesa-gesa tanpa rasa. Tapi Engkau kabulkan doa ku, engkau hadirkan rasa nikmatnya sholat walau tidak selalu tapi setidaknya aku sering merasakan nikmatnya akhir-akhir ini, bukan lagi bagian yang membosankan dan membuatku tergesa-gesa untuk menyelesaikannya. Aku percaya…. Engkau selalu mendengar doaku, Engkau selalu berkata bahwa Engkau senang pada hambanya yang meminta. Maka kali ini aku meminta padaMu, memohon agar Engkau sudi mengabulkannya. Amiin 

Senin, 22 Agustus 2016

Banyak Toleran bukan Berarti Bisa Di Injek

Gw orangnya santai banget, asli santai banget, di kasih jam pagi/siang banget mangga, pengajar yg lain di jarkom gw engga ora opo2, honor bahkan gak jelas gpp, dipandang sebelah mata santai aja. Tapi klu gw udah bilang gak bisa trus dikasih jadwal tanpa konfirmasi lagi itu kan namanya gak menghargai, jelaslah gw tegas. Ada kalanya boleh nari2 di atas kepala gw tapi jangan sekali2 nginjek kepala. Ke mahasiswa juga gw santai banget, gw ngebolehin mereka makan dan minum saat kuliah pagi bagi yg gak sempet sarapan, meskipun gw juga sering melewatkan sarapan, meskipun gw di tegor dosen lain krn mengijinkan mereka makan saat kuliah, biar aja, kalau dengan makan mereka lebih paham, happy kenapa engga? Yy penting gak nyampah. Lah kalau pingsan di kelas? Gara2 blm makan, gw juga yg repot. Makan, minum saat belajar sah sah aja lah, asal jangab pas sholat. Pake kaos oblong, pake sendal apalah apalah silahkan ajalah. Ijin silahkan. Tapi klu kelewatan juga gw ga bisa toleran, kaya waktu itu tiba2 kelas kosong dan semua mahasiswa rapat dan ijin sejam setelah jadwal kuliah hanya by WA, jelaslah gw ngamuk. Dikiranya gw santai bisa seenak jidat. Tapi setelah mereka minta maaf ya kelar. Yg dapet A tetep gw kasih A, gak ada tuh gw ngurangin nilai krn kekesalan gw, meskipun attitude&kehadiran itu masuk ke penilaian. Sah sah aja kan gw bilang ke fakultas ini mahasiswa bukan sekali dua kali ijin seenak jidat trus gw coret kehadiran dia jd kurang dr 70%, gak bisa ujian deh dia, tapi gak lah. Supaya dia inget klu marahnya gw itu masih profesional, dia tetep gw kasih A krn khilaf kan biasa, cuma gw wajib untuk negor supaya gak diulangi ke mata kuliah yg lain.

Gak bisa gw kaya orang lain yg sok tegas, yg nunjukin siapa saya, yg kalau salah tulis nama/gelarnya aja marah, yg pengennya di hargai berlebihan, gw gak bisa, tapi seringkali ke santaian gw sering malah jadi di injek-injek. Kita kan gak harus galak hanya untuk di hormati, kita kan gak perlu show up hanya untuk di hargai. Tapi rupanya sistem disini yg seperti itu justru lebih di segani ketimbang yg monggo monggo aja.

#curhat gegara jadwal dirubah2 #kezellll

Kamis, 04 Agustus 2016

My First Love ♥


Aku tidak ingin membandingkan ayahku dengan sosok ayah orang lain. Sekali-kali tidak. Ayahku tidak sempurna sebagai sosok seorang Ayah, aku harus jujur itu, dia mungkin kurang bisa memerankan figur seorang suami sekaligus ayah bagi istri dan anaknya. Maaf Ayah sekali lagi aku harus jujur engkau tidak sesempurna sosok ayah yg ideal yg aku ketahui. Bahkan aku masih merasa kosong separuh hidupku dari sosok seorang ayah, yg menjadi imam, pelindung, pengayom. Engkau berusaha melakukannya tetapi tidak penuh. Semua itu bukan karena ketidak mauanmu tapi karena ketidak mampuanmu. Dan semua itu sudah ku ketahui alasannya.

Kekosongan dalam hidupku akan peran seorang ayah ideal, akan tetap kosong, tidak akan bisa terpenuhi oleh sosok yg lain, aku pun tidak akan mencari separuh kosong dari hidupku, biarlah terus kosong sampai tiba saatnya kita bertemu lagi. Aku sudah mengikhlaskan. Mencoba memaklumi sebagai keterbatasanmu. Bukankah yg tidak punya bapak sedari kecil bahkan tidak merasa sepersenpun peran seorang ayah? Maka beruntunglah aku jika aku merasakan 55% peran ayah dalam hidup. Mungkin lebih! Aku tau... 45% yang tidak engkau berikan, tak akan mampu ku dapatkan dari orang lain. Tetapi ayah.... aku memahami itu, aku tidak akan menuntut kurangnya.

Kali ini akan kubagi pada khalayak, 55% yang aku dapat darimu. Yang membuat aku bersyukur, sehingga tidak merasa kurang dan kurang karena tidak mendapat yg 45%. Biar malaikat mencatat, biar angin mendengar, biar ombak berteriak, dan biar tulisanku menjadi bukti bahwa keberadaanmu telah mengisi separuh jiwaku, menjadikanmu cinta pertamaku.

Dia... yang menyematkan namanya pada namaku. Yang sepanjang hidupnya tidak pernah menghardik apalagi memukulku, di saat ayah temanku yg lain acapkali mencubit dan tidak segan memukul anak perempuannya. Dialah ayahku yg tidak mau meninggalkan bekas merah di kulit anaknya karena cubitan, karena dia tau itu akan membekas selamanya di hati anaknya.

Dia.... yang sekalipun tidak pernah protes terhadap masakan mamaku, asin, hambar, pedas, kurang lezat tidak pernah ada komentar. Dia tidak pernah meminta hari ini harus masak ini, harus masak itu. Dia tidak pernah komentar rumah berantakan, baju belum di cuci.

Dia... yg selalu menunggu adzan. Sebelum adzan tiba, dia sudah di atas sajadahnya. Yang disaat pagi buta dia sudah harus berangkat kerja. Tidak pernah ku lihat adzan mendahuluinya. Selalu dia bersiap sholat sebelum adzan datang. Dia selalu memakai wewangian sebelum sholat, seperti orang mau kencan. Tidak pernah kulihat sekalipun dia membeli parfum beralkohol.

Dia... yang tidak pernah berhutang. Dia berkata bahwa hindari hutang. Dia yang selalu ramah dan senyum pada semua orang. Aku tidak bisa, terlebih kepada orang yang membenciku.

Aku tidak pernah mendengar langsung dr mulutnya hal negatif tentang orang lain sekalipun. Tidak sekalipun dia bentrok dengan tetangga sekalipun. Dia satu satunya di rumah ini yang selalu positive thinking. Dia humoris walau pendiam. Dia totalitas dalam bekerja.



Sekalipun selama hidupnya, aku tidak pernah mendengar dia menghardik mamaku, jika ada hal yang membuatnya kurang suka, dia hanya diam. Diam lebih dari biasanya dan hanya beberapa jam saja. Disaat mamaku marah hampir setiap hari, sekalipun dia tidak menjawab. Tidak juga pergi. Dia yang sekalipun merasa aku kurang. Jika nilaiku tidak bagus, dia hanya bilang "nilai ini tidak buruk". Kala aku gagal dalam perlombaan, dia hanya tersenyum dan berkata "ikut lomba itu menyenangkan, tidak perduli hasilnya".

Ketika aku di marahi atau di pukul mamah, dia selalu ada disampingku, kadang memelukku. Dan selalu dia berkata "tidak boleh memukul anak, kecuali dia tidak sholat, itupun tidak boleh yg melukai".

Di saat aku beranjak remaja. Tidak banyak percakapan diantara kita. Dia hanya selalu berpesan "doakan orangtua, terutama selepas sholat, jangan tinggal sholat 5 waktu"

Dimasa ibuku hamil adikku, tak kurang semalampun dia sholat malam. Seminggu saja sholat malam berturut-turut aku tidak mampu. Dialah Ayahku. 45% memang tak diberikannya, seperti yang ayah lain berikan pada anaknya. Tapi aku yakin, 55% yang diberikannya padaku, tidak juga dimiliki seutuhnya oleh ayah ayah di luar sana kan? Aku tidak sedang menghitung pemberian ayahku, persentase itu hanya perumpamaan. Sekarang... jika aku berusaha mencari 45% yang tidak aku dapatkan darinya, bukankah aku akan tetap haus? Akan selalu merasa kurang?? Padahal yg 55% yang ia berikan padaku, juga sulit dimiliki para ayah di luar sana. Tidak ada yang sempurna. Aku memang tidak mendapat ayah yang melindungku seperti seorang body guard. Tetapi bukankan ada juga orang lain juga tidak mendapatkan ayah yg tidak pernah marah? Aku dapatkan itu! So... hidup itu adil kan? Tinggal dari sisi mana kita melihat.