Kadang sebagian
besar dari kita banyak menghabiskan waktu untuk ngurusin orang lain yang
sebenarnya bukan urusan kita. Kita terlalu sibuk ngurusin urusan orang lain
sampai apa kebutuhan kita, suami kita, anak-anak kita jadi terlupakan.
Seorang wanita single sebut saja Susan (bukan nama sebenarnya) menghabiskan banyak waktunya untuk memperhatikan wanita single lain (sebut saja Amel) dan mencari-cari kesalahan Amel, gimana Amel berdandan, berbusana, gimana relasi dengan pacarnya, menunggu-nunggu waktu Amel berbuat salah dan menjadikannya topi pembicaraan dengan rekan-rekannya. Tanpa sadar Susan sudah menghabiskan banyak waktu hanya untuk menilai Amel dari ujung kaki sampai kepala.
Seorang istri sebut saja Julia (bukan nama sebenarnya) banyak menghabiskan waktu untuk memperhatikan tetangga barunya (sebut saja Nuri). Nuri yang lebih muda, energik, seolah-olah menjadi pusat perhatian baru bagi Julia. Julia yang seorang wanita karir belum dikaruniai anak menjadi perbincangan baru bagi Julia dan rekan-rekannya yang sebagian besar Ibu Rumah Tangga.
Seorang wanita single sebut saja Susan (bukan nama sebenarnya) menghabiskan banyak waktunya untuk memperhatikan wanita single lain (sebut saja Amel) dan mencari-cari kesalahan Amel, gimana Amel berdandan, berbusana, gimana relasi dengan pacarnya, menunggu-nunggu waktu Amel berbuat salah dan menjadikannya topi pembicaraan dengan rekan-rekannya. Tanpa sadar Susan sudah menghabiskan banyak waktu hanya untuk menilai Amel dari ujung kaki sampai kepala.
Seorang istri sebut saja Julia (bukan nama sebenarnya) banyak menghabiskan waktu untuk memperhatikan tetangga barunya (sebut saja Nuri). Nuri yang lebih muda, energik, seolah-olah menjadi pusat perhatian baru bagi Julia. Julia yang seorang wanita karir belum dikaruniai anak menjadi perbincangan baru bagi Julia dan rekan-rekannya yang sebagian besar Ibu Rumah Tangga.
“Gimana mau punya
anak, dari pagi sampai malam kerja mulu, buat apa harta banyak kalau anak gak
punya” Ujar Julia ke rekan sesama Ibu Rumah Tangga.
“Iya,,,,cantik sih
cantik, tapi suami kan juga perlu diurusin, ini mikirin kerja mulu” jawab Ibu
rumah tangga yg lain. Ibu yang satu ini juga lupa kalau dia lagi ngurusin orang
lain, suami di rumah udah nunggu dibuatin kopi tapi ibu yang satu ini malah
sibuk ngerumpi di rumah bu Julia.
Seorang Mahasiswi sebut saja Monica sibuk ngurusin temannya yang namanya Riri yang belom selesai-selesai kuliah.
“Si Riri ngapain
aja sih selama ini? Dari dulu bab 3 aja
gak kelar-kelar, sibuk pacaran mulu sih” Ujar Monica suatu saat ke temannya. Sang
teman menimpali :
“Iya tuh....
ngapain sih ngambil topik yang susah-susah hari gini? Nyusaihin diri sendiri aja,
lagian kerjaaanya main mulu.”
Pada akhirnya saya
mengambil kesimpulan, bahwa waktu kita ini teramat mubadzir jikalau hanya
digunakan untuk ngurusin orang lain yang gak ada pengaruhnya buat kita? Istilah
bisnisnya gak ada benefitnya alias gak ada untungnya. Kita akan banyak
menemukan Julia atau Monica di berbagai kehidupan, di kampus, di kantor bahkan
di mall. Menurut saya yang kasihan adalah orang-orang seperti Julia dan Monica,
apa gak cape ngurusin orang lain? Julia yang merasa hidupnya sempurna lengkap
dikaruniai suami dan anak memandang Nuri yang belum punya anak sebagai momok.
Apa yang salah dari Nuri? Mungkin saja dia enjoy sebagai wanita karir, mungkin
saja dia melayani suaminya dengan baik meskipun dia bekerja, bahkan lebih baik
dari ibu-ibu yang statusnya ibu rumah tangga, kita tidak pernah tau mungkin
saja Nuri sibuk sebagai wanita karir tapi tetap menjalankan kewajibannya
sebagai seorang istri yang harus mengurus suami, masalah dia belum dikaruniai
anak itu urusan Tuhan, kenapa kita jadi terlalu sibuk ngurus urusan Tuhan??? Kenapa
sih gak fokus ngurusin anak dan suami kita aja di rumah yang mungkin belum
sepenuhnya kita urusin???
Sedangkan Monica seorang mahasiswi terpelajar yang katanya waktu itu lebih berharga dari pada emas, kok rela memasukkan daftar urusan Riri ke bagian kesibukannya??? Menurut saya sih biarin aja Riri mau kuliah seumur hidup kek, toh gak minta biaya dari dia, toh gak nyusahin dia. Orang kan hanya menilai orang lain dari cover-nya aja, kita gak pernah tau isinya kalau kita tidak benar-benar mau membuka dan membaca isinya. Maka janganlah terlalu dangkal membuat statement kalau belum baca isinya berkali-kali. Mungkin saja Riri enjoy jadi mahasiswa, ketimbang dia harus cepat-cepat lulus dan mulai sibuk kerja sehingga gak ada waktu untuk main-main, bersosialisasi, atau bahkan dia takut cepat lulus karena nanti dikawinkan oleh orangtuanya. Kalau Riri enjoy dengan pacarnya, ya biarin aja sih, toh ngak nyusahin orang lain. Ya gini nih masyarakat kita. Hidup lebih banyak dipakai ngurusin orang lain, ibaratnya gajah di pelupuk mata gak kelihatan tapi bakteri di sebrang lautan nampak jelas.
Sedangkan Monica seorang mahasiswi terpelajar yang katanya waktu itu lebih berharga dari pada emas, kok rela memasukkan daftar urusan Riri ke bagian kesibukannya??? Menurut saya sih biarin aja Riri mau kuliah seumur hidup kek, toh gak minta biaya dari dia, toh gak nyusahin dia. Orang kan hanya menilai orang lain dari cover-nya aja, kita gak pernah tau isinya kalau kita tidak benar-benar mau membuka dan membaca isinya. Maka janganlah terlalu dangkal membuat statement kalau belum baca isinya berkali-kali. Mungkin saja Riri enjoy jadi mahasiswa, ketimbang dia harus cepat-cepat lulus dan mulai sibuk kerja sehingga gak ada waktu untuk main-main, bersosialisasi, atau bahkan dia takut cepat lulus karena nanti dikawinkan oleh orangtuanya. Kalau Riri enjoy dengan pacarnya, ya biarin aja sih, toh ngak nyusahin orang lain. Ya gini nih masyarakat kita. Hidup lebih banyak dipakai ngurusin orang lain, ibaratnya gajah di pelupuk mata gak kelihatan tapi bakteri di sebrang lautan nampak jelas.
So.... bukan sok
menasehati, ini juga pengingat buat saya, ada baiknya hidup kita ini maksimalkan aja untuk ngurusin diri
sendiri, gimana caranya bermanfaat bagi orang terkasih (ortu, ade, kakak, sahabat, pacar, dll), juga bermanfaat bagi diri
sendiri. Sayang waktu kita habis dipakai untuk ngurusin orang lain, ngak akan
bikin kita maju malah yang ada kurang mensyukuri diri sendiri. Kalau ada yang
benar dari tulisan saya silahkan diambil manfaatnya, tapi kalau ada yang salah
jangan diingat apalagi dijadikan bahan rujukan untuk melegalkan berbuat salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar