foto kepala

Translate

Minggu, 23 Oktober 2016

Surat Untuk Ustad/zah, Guru serta Para Dosen


         Saya dulu tidak bisa baca Quran, huruf gundul, apa itu tajwid, kalau dulu saya tidak di suruh ngaji ke ustad-ustad/zah saya selagi kecil hingga beranjak dewasa oleh orang tua saya, mungkin saat ini saya tidak mendoakan orang tua saya yang sudah meninggal, mungkin saya tidak bisa sholat karena tidak tau caranya, atas kebaikan para ustad/zah saya dulu baik yg masih hidup maupun yang sudah meninggal, saya bisa baca Quran, saya tau bagaimana caranya berdoa untuk orang tua, saya tau harus bagaimana bersikap terhadap orang tua, hanya dengan bayaran ala kadarnya saat itu, Rp.20.000/bulan itupun seikhlasnya, ada yg kurang dari itu diterima, ada yg tidak bayar juga gak apa-apa, ada yg ngasih lebih ya itu rejekinya Ustad, dalam setahun artinya 20.000x12=240.000, saya sudah bisa baca quran, sudah tau cara sholat, diajarkan sopan santun, sekali lagi, hanya dengan 240rb setahun, apalah artinya disbanding dg saya yang akhirnya bisa baca quran, saya jadi bisa mendoakan orang tua saya yg sudah meninggal, 240rb setahun saya akhirnya bisa sholat, setiap ada masalah, saya mengadu pada Tuhan di atas sajadah saya, apa jadinya jika saya tidak bisa sholat? Kemana dan dengan cara apa saya mengadu permasalahan saya? Dengan apa saya dapat ketenteraman batin? Sekarang….saya berfikir, 240rb setahun, anggaplag ada 10 santri, hanya dapat 2,4 juta setahun, apa yg ustad/zah dapatkan? Cukup untuk apa? Mohon maaf, penghasilan orangtua saya lebih dari 2,4 juta perbulan saat itu, sementara ustad hanya 2,4 juta setahun, kalau dipikir-pikir…apa untungnya jadi ustad? Saya bicara nominal dan untung rugi karena selama ini itulah yg saya pelajari. Dalam hal ini ustad juga pakai untung dan rugi tapi dalam definisi yang berbeda, bagi saya uang dan bagi para ustad adalah berkah. Dengan sabar Ustad mendidik kami, kami yang anak-anak, nakal, masih senang main, namun ustad sangat sabar, diberikannya ilmu Cuma-Cuma, iya Cuma-Cuma, apa arti 20.000 sebulan dibandingkan dengan ilmu yang diberikan? Jelas tidak sebanding. Tapi ustad mencari peruntungan kepada Allah saja. Itung-itungannya bukan Cuma uang saja, tapi keberkahan.
       Kalau dipikir sama logika sekarang, gimana itu bisa? Ustad komplek yg penghasilannya 2,4 juta saja pertahun, tapi akhirnya bisa menyekolahkan anak-anaknya, itulah yg namanya berkah, rumahnya juga berkah karena setiap malam menjadi tempat menuntut ilmu dimana para malaikat turun ikut mendoakan. Saya begitu hormat kepada para guru ngaji saya, terimakasih atas ilmu yang sudah diberikan, mohon maaf atas segala kenakalan selama mengaji dulu, moga seluruh guru ngaji saya diberkahi oleh Allah, dan bagi yang sudah meninggal moga ilmunya menjadi amal jariah dan diampuni segala dosan serta diberikan balasan surge, amin.
Begitupun saya tidak bisa baca tulis dan berhitung jika tidak ada guru-guru saya semasa SD, SMP, SMA, apa jadinya saya sekarang kalau saya tidak bisa baca tulis berhitung? Mungkin saya sudah dibohongin orang terus, mungkin saya akan banyak kesusahan. Di sekolah juga menjadi tempat pertama saya tau apa itu sosialisi, apa itu arti teman, banyak jasa guru-guru saya, yang mungkin tidak sebanding dengan penghasilan mereka saat itu, gaji guru dikebiri, itu bukan lelucon, itu sungguhan. Anak guru tidak selesai sekolah, itu bukan lelucon, itu sungguhan. Saat itu, guru belum di apresiasi dengan layak oleh pemerintah, tapi guru jaman dulu adalah sebenar-benarnya guru, mereka menjadi guru karena panggilan jiwa, bukan panggilan sertifikasi hahaha, tau kan maksudnya???

     Pun begitu juga dengan para dosen-dosen saya semasa kuliah, bukan Cuma ilmu yang sifatnya ilmiah yang diberikan, banyak hal diluar itu yang diberikan, mengajarkan arti hidup, kebijaksanaan, pelajaran hidup. Luar biasa mereka, seperti padi, makin berisi makin merunduk, hormat saya kepada para dosen-dosen saya. Terimakasih telah dengan sabar hingga akhrinya mengantarkan kami ke kelulusan dan wisuda. Kalau bukan karena kebaikan hati dosen-dosen saya (selain  rahmat dari Allah), mungkin saya tidak seperti ini sekarang, saya banyak belajar dari para dosen-dosen saya dalam bersikap, dalam bertindak, dalam menyikapi kehidupan. Jauuuuuhhhh untuk bisa seperti mereka yang sangat luar biasa. Hanya doa yang bisa saya sematkan sebagai bakti saya, semoga Allah memberikan barokahnya kepada para dosen-saya, keberkahan ilmu, umur dan iman. Bahagia dunia dan akhirat, saya tidak sanggup membalas segala ilmu, kesabaran, kebaikan hati para dosen saya, biarlah Allah yang membalas. Saya sangat bahagia dan berterimakasih pernah menjadi bagian dalam kelas, pernah bertatap muka, pernah mendapatkan ilmu, pernah dibimbing, pernah mengalami semuanya. Semoga Allah meberikan kami semua hidup yang bermanfaat, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya dan makhluk Allah lainnya. Amin.