foto kepala

Translate

Minggu, 20 Oktober 2013

TERONG DAN STATUS

jika menikah bukan lagi kebutuhan tapi tuntutan (umur dan lingkungan sosial) maka harapan-harapan di masa depan seolah sirna dan kehilangan esensinya, yg ada hanya 1 : status. Sementara pengorbanan untuk membeli status menjadi Nyonya A belum tentu terbayarkan oleh pernikahan itu sendiri. Lantas apa mereka (lingkungan sosial) mau peduli atas pernikahan kita setelahnya? begitu naif hanya karena omongan mereka maka hidup tidak jelas lagi kemana rimbanya, yg penting nikah, yg penting nutup mulut mereka, yg penting kuping gak panas denger mereka bicara. Peduli setan dengan mereka. Toh mulut mereka tidak akn berhenti berbicara apapun yg terjadi dg kita. Bahagia salah, susah lebih salah lagi dimata mereka. Apakah hidup kita untuk mereka?? tentu tidak.
Lihat bagaimana anak mereka menikah, pernikahan tanpa planning, punya anak banyak tanpa dukungan finansial, akhirnya gali lobang tutup lobang. Nyusahin orang tua juga akhirnya. Bukankan aku lebih bahagia dari mereka yg kata mereka aku ini sangat kasihan?? itulah realita kehidupan sosial di negara ini, ketika tuntutan hidup bukan lagi berdasar atas kebutuhan diri sendiri tapi desakan sosial. Mereka-mereka itulah sepantasnya hidup di hutan bersosialisasi dg binatang. Menjadi lucu ketika mereka merasa lebih tau dari pada aku yg akan menjalani. Menjadi naif ketika mereka memaksakan secara tidak langsung seseorang akan tujuan masa depannya. Ini Gila, cuma 2 pilihannya, kalau tidak kuat maka aku yg gila, atau kuatkan diriku sendiri karena mereka sudah gila sejak lahir. Hahahahaha

Beruntunglah aku orang yg bebal atas omongan-omongan orang, karena bagiku 1, mereka sudah kalah telak sejak aku dilahirkan ke dunia, bukan sombong tapi fakta membuktikan, mereka yg begitu amat mudah memojokkan aku, sesungguhnya merekalah yg merasa terusik dg kehadiran diriku, sementara aku-nya nyantai aja. Bagiku orang lain itu bagai buih di lautan, semakin banyak mereka bermunculan di permukaan, maka hidupnya tidak lebih hanya sebatas buih, apalah arti buih? sementara sahabat, yg tidak serta merta mengarahkan hidup kita ke suatu titik entah itu pernikahan, karir, apapun, pasti jelas dg dalil yg bisa dipertanggung jawabkan yaitu untuk kebahagiaan kita, merekalah mutiara yg terpendam dilautan, mendapatkan merekapun amatlah susah.

Amat sangat najis bagiku mendengar apa yang orang lain katakan, teutama mereka yang tidak punya kontribusi apa-apa dalam hidupku. Amat sangat haram bagiku mengambil keputusan dalam hidup atas masukan mereka yang tidak berkontribusi apapun dalam hidupku. Iya, haram hukumnya. Maka aku akan sangat tertawa terbahak-bahak ketika mereka dg gayanya yang gerilya (terselubung) memaksa aku ke suatu titik sesuai pola pikirnya? Dia gila atau aku yg gila? Hey ini hidupku, urus saja hidupmu sendiri, lihat cucu-cucumu yang lahir bodoh karena kurang suply susu yang anakmu kawin karena udah kebelet nikah atau juga nurutin omongan masyarakat, sementara anakmu itusecara finansial belom mapan.

"Anak saya nikah dengan Kepala sebuah Bank Pemerintah, dia bahagia, tidak kekurangan apapun" itu dalihmu. Hey bapak tua, benarkah anakmu bahagia?? Kalau begitu aku senang mendengarnya karena artinya jika orang bahagia dia tidak akan mengganggu ketentraman orang lain, betul kan? Tapi kenapa ya, setiap bertemu aku, anakmu itu masih saja memicingkan matanya, menakikkan sedikit bibirnya, padahal dia sekarang punya lebih dari aku, anak, suami pejabat, harta? kok masih gak bisa menyunggingkan senyum meski sedikit ke aku? Rupanya dia lupa bahagia itu apa? itu menandakan hatinya masih tidak jauh lebih bahagia dari aku. Hahahaaaa.... makan tuh pernikahan yg dijodohkan dengan orangtuamu. Bolehlah kamu punya suami pejabat, semetara aku siapa??? tapi bukankan aku lebih bahagia dari kamu? hingga senyum aku pun dibalas dg bibir sedikit nyerong, hatimu masih mengatakan aku jauh lebih bahagia dari kamu. Makannya gak akan ada kepuasan kalau tujuan hidupmu akibat aturan orang lain. Okelah kamu nurut karena aturan orangtuamu. itu bagus. Tapi orang tuamu itu ngambil keputusan nikahin kamu karena desakan sosial masyarakat sini yg merasa lebih jago. Saya harus nikahin anak saya secepatnya dengan pejabat ini karena akan dipandang oleh masyarakat. Harus cepat-cepat dinikahkan karena omongan masyarakat udah gak enak, sering gonta ganti pasangan tapi belum nikah juga. Makan tuh masyarakat jahiliyah. Hahahaha

Kalau mau dengerin omongan masyarakat, disaring dong, orang yg intelek gak akan serta merta ngatur hidup orang lain. Ngoceh sana sini gak karuan seolah paling tau hidupnya orang lain. Ahhhhhhh... Haram bagi gw denger pendapat mereka. Ente bahlul hahahahahaha

Sayangnya momy... dirimu lemah, mau saja digilas oleh omongan-omongan mereka yg tidak bertanggung jawab. Gak sanggup tutup mata tutup telinga. Kemakan omongan mereka juga, sehingga desakan menikah terhadapku bukan lagi atas dasar kebahagiaanku tapi untuk menutup omongan miring mereka. Duh Gusti. Mengapa mereka lebih tau dari aku? Kalau aku mau asal nikah aja sudah dari dulu mungkin. Tapi menikah itu tidak mudah. Kita bukan cuma cari terong untuk menghadirkan seorang bayi. Maaf ya rada ceplas ceplos ngomongnya. Kta bukan cuma cari otak tumpul untuk menjadi imam kita dunia akhirat. Kita bukan cuma cari status. Nyari keturunan mah tinggal ngejablay aja satu malam, pilih yg ganteng rupaya biar anak ikutan ganteng. kalau nyari yg bisa nafkahin secara materi mah jadi simpenan pejabat aja. Kalau nyari status sebagai nyonya, banyak kok yg bersedia kawin kontrak atau legal tapi ntar cari duit sendiri, mereka yang momong baby. Istri sampe jadi TKW, hampir diperkosa, eh uang kiriman dari istri dipake buat "tidurin" cewek lain. Banyak kalau mau cari laki-laki yang begitu, Tapi kita mau cari imam, bukan sekedar punya terong atau layak secara finansial. Lebih dari itu. Dialah yg nantinya akan mendukung setiap tujuan hidup kita jika dirasanya itu baik untuk kita dan dialah pula yang akan membenarkan kita disaat seluruh dunia menyalahkan kita, dialah yang nantinya rela hidup dengan kita setelah cantik kita hilang, tubuh kita melar, rambut sudah putih. Dialah yang nantinya di tanya sama yg Kuasa kenapa kita begini begitu.

So... mau cari terong mah gampang. Mau cari yg berduit mah gampang. Yang susah adalah imam, maka begitu naifnya ketika berondongan tekanan sosial memaksa kita menikah akhirnya hanya cari terong dan status. Najis.

Sabtu, 19 Oktober 2013

FENOMENA "BULE"

Gw termasuk cewek yang hobby nonton gosip artis, urusan dosa entar aja dah, hahaha sarap ya gw. Maksud gw ngikutin berita artis itu hiburan tersendiri buat gw. Mereka itu kadang konyol, kadang innocent, kadang begitulah,,, mereka hadir di jagad raya ini cuma buat ngehibur, nah termasuk kehadirannya di gosip artis, cuma buat hiburan juga kalau menurut gw.

Baru semalem gw update info NIKITA MIEZARNI, Ni..kita mie ayam, ni kamu mie apa??? siapa sih NIKITA MIEZARNI?? temennya mie ayam, mie rebus dan sebangsa mie lainnya. Kabarnya dia dipersunting (inget loh bukan dipersinting) oleh bule. Nonton di youtube malah asikan baca comment2nya, ternyata suaminya itu asli Iraq apa Iran ya? gw lupa. Ada yang bilang "Yaaaaahhh ternyata bule Iraq, miskin dong". Hahahaha kebangetan lu bilang orang Iraq miskin, mereka punya minyak tauuu.

Gw sempet ngakak pas tau si doi asalnya dari Irak/Iran. Kenapa dipanggil bule??? Padahal mukanya udah kaya bule banget loh. European gitu. Hidung mancung, kulit putih, badan tinggi gede. Salah gak sih kalau doi kita panggil bule?

Merujuk ke definisi bahasa Indonesia, bule itu dirujuk dari kata bulai. Bulai bukannya makanan ya? Itu mah Gulai? iiiihhh aku di Bulai waktu sekolah. Itu mah Bully. Ayo kita ke Bulai Penelitian, eeehhh itu Balai. Ah dasar lo anak Bulai cemungud eaaaa... eh itu sih Alay. Udah.. udah.. serius dikit dong.

Bulai itu artinya orang punya kelainan kulit akibat kekurangan pigmen atau istilahnya albino. Namun seiring perjalanan waktu maka definisi bulai mengalami pergeseran makna. Orang Indonesia tidak lagi bermaksud memanggil orang kulit putih dengan maksud dia albino tapi maknanya menjadi general yaitu orang kulit putih (lebih terang dari kulit orang Indonesia). Jangan heran jika sebagian Ekspatriat (orang asing yg tinggal di Indonesia) mengganggap orang Indonesia itu rasis. Sebagian mereka akan merasa tersinggung bahkan terhina kalau kita panggil dia dengan kata "bule" karena dianggap melecehkan sebagai orang yg albino.

Padahal saya yakin seyakin yakinnya orang Indonesia tau bule itu adalah sebutan untuk orang asing berkulit putih yang kulitnya lebih terang dari orang Indonesia. Namun makin kesini makin bergeser artinya, semua orang asing dipanggi bule, sehingga orang Arab yang kulitnya putih pun dipanggil bule. Orang Jepang dan China yang kulitnya putih juga dipanggil bule, padahal panggilan bule sebenarnya mengarah kepada orang kulit putih yang umumnya berasal dari Eropa (caucasoid).

Buat saya pribadi lucu aja kalau ada orang Pakistan berkulit putih atau Iraq, Iran dan di luar bangsa Eropa dipanggil bule, saya akan dengan tegas mengatakan mereka bukan bule, karena paradigma yang sudah tertanam di otak saya bahwa bule itu hanya orang berkulit putih yang umumnya dari Eropa bukan China, Jepang apalagi Arab dan Pakistan.

Jadi kita jangan kaget kalau ada orang Eropa marah dipanggil bule, karena paradigma mereka bule itu adalah orang albino, dan mengatakan terang-terangan bahwa mereka bule (baca : albino) itu adalah tindakan tidak sopan dan sangat rasis (menurut sebagian mereka).

Namun ada juga bule yang bangga dipanggil bule. Mereka bangga aja karena tau orang Indonesia memanggil bule bagi mereka yang kulitnya berwarna putih terang, dan mereka bangga dibilang orang putih berkulit terang (bule). Beberapa kali saya mendapati kebanggaan mereka di panggil bule yang tercermin dari profile mereka di sebuah situs dating online. Sebut saja Matt, dia menulis di head profilenya "Bule Australia cari cewek Indonesia". Atau John yang menulis "saya bule miskin" atau Andrew  menulis "Bule ganteng looking for love". Para bule yang sudah lama tinggal di Indonesia akan berbesar hati dipanggil bule, mereka mengerti orang Indonesia tidak bermaksud rasis atau mengatai mereka albino, sebut saja namanya Thomas mengatakan "Jangan khawatir di panggil "bule kampung" tidak perlu marah, tapi jika dipanggil "bule kepet" itu hal lain" hahahaha bule kepet, apaan tuh artinya???

Sama hal-nya dengan panggilan Mister bagi pria berdarah asing. Kebanyakan orang Indonesia akan memanggil sebutan "Mister" kepada laki-laki berkebangsaan asing. Baru tadi malam seseorang dari German menanyakan ini kepada saya, "Mengapa kebanyakan orang Indonesia memanggil saya Mister? padahal sekalipun ke Boss saya tidak pernah memanggilnya Mister, kami disini menggunakan panggilan Mister hanya untuk colega bisnis yang sangat di hormati atau berkedudukan tinggi dan umumnya dari luar negara kami". Saya hanya tertawa mendengar pertanyaan itu. Saya jelaskan pada dia bahwa kebanyakan  orang Indonesia akan memanggil Mister kepada semua laki-laki asing, entah itu dari India, Afrika atau Eropa. Bahkan gila-nya lagi bagi mereka yang tidak mengerti akan memanggil wanita asing dengan sebutan Mister juga hahahahahahaahahha, jungkir balik sambil nungging.

Juga sama hal-nya ketika saya mengatakan Negro untuk orang Afrika berkulit gelap. Seorang teman saya yang kebetulan berkebangsaan asing menegur saya karena kata "Negro" amat tidak sopan disebutkan. Mereka (Orang Afrika) akan sangat marah bila dipanggil Negro. Padahal yang kita tau disini (Indonesia) biasa menyebutkan negro bagi orang berkulit hitam tanpa maksdu mengejek atau rasis. Orang Indonesia terbiasa sekali rupanya memanggil sesuatu yang terlihat secara fisiknya. Misalnya, "Eh aku beli ini dari si China yang matanya sipit itu" sehingga orang bermata sipit (meski bukan China) akan dipanggil China.

Jadi intinya tidak ada yang salah dengan panggilan bule untuk orang-orang berkulit putih terang. Sama sekali tidak bermaksud menghina atau mengatakan albino. Namun menurut saya kata bule itu sendiri tidak tepat di sematkan kepada orang Arab, Pakistan, atau di luar bangsa Eropa, karena bule ini khusus untuk mereka yang berasal dari ras Caucasoid yang umumnya berciri-ciri : berkulit putih terang, hidung mancung, berbadan tinggi yang umumnya orang Eropa, karena istilah Caucasoid ini sendiri diambil dari nama Pegunungan Kaukasus di pinggiran tenggara Eropa antara Laut Hitam dan Kaspia. Wilayah ini pernah dianggap sebagai tanah air Indo-Eropa. So aneh aja menurut saya kalau ada orang Iran, Iraq, Pakistan, Arab, Jepang apalagi China dipanggil bule hanya karena kulit mereka yang terang.

Seorang Pakistan yang saya kenal di kampus begitu bangga mengaku dirinya bule, langsung saja saya bilang "Kamu bukan bule, bule itu untuk orang Eropa yang umumnya badannya tinggi, kamu kan pendek" Lohh??? ini sih penghinaan hahahahaha. Ampuuuuunnn DJ!!!! OK deh apapun itu yang jelas kita sudah tau arti kata bule asalnya dari bulai yang dalam kamus basa Indonesia itu adalah albino, tapi pastinya dong kita gak maksud ke sana kan????

Kamis, 17 Oktober 2013

NAKSIR DOSEN

    Pernah gak semasa sekolah atau kuliah naksir sama guru atau dosen sendiri? atau simpatik karena cara ngajarnya enak, atau ganteng/cantik, Gw yakin diantara lo semua pasti pernah tuh naksir sama guru/dosen sendiri, kalau guru tetangga kayanya belom tentu kenal. Kalau gw sih seinget gw selama SD, SMP, SMA gak ada deh guru yg gw taksir. Menginjak duduk di bangku kuliah baru deh tuh ada dosen yg gw taksir.
    Namanya Pak Warsito, beliau dosen atau assistant dosen ya? gw lupa, yg gw inget dia asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) dan megang matakuliah Dasar-dasar Management (kalau gak salah). Orangnya biasa aja, kalau fisik 1-10, dia 6 deh, postur tubuh gak termasuk tinggi, orang Jawa, kalau ngomong/menjelaskan materi bicaranya slow banget, jarang senyum, tapi sekalinya senyum manis banget, dan yg paling khas dari beliau ini adalah (maaf) kaca mata pantat botol, gw istilahkan begitu soalnya kacamatanya selain modelnya jadul (bulet aja bentuknya), juga tebal seperti pantat botol.
Kok bisa gw naksir dia? Kharisma, karena itu. Beliau beda dari yg lain. Setiap mata kuliahnya kita diharuskan duduk terpisah antara laki-laki dan perempuan (udah kaya di madrasah). Orangnya kalem banget, gak pernah marah sama mahasiswa (seinget gw). Awalnya itu deh yg bikin gw suka sama dia, wih ini dosen cihuy banget, cewek-cowok duduknya disuruh di pisah.

Minggu, 13 Oktober 2013

CINTA GAK PERNAH SALAH!!!

Gw sangat percaya, bahwa pertemuan kita dengan seseorang bukanlah suatu kebetulan melainkan udah ditentukan sama Allah. Dan segala sesuatu yg terjadi di dunia ini gak ada sesuatu yg kebetulan, semua udah atas dasar skenarionya Allah. Maka gw akan sangat menjadi jengah manakala mamah berkomentar mengenai kedekatan gw dengan beberapa orang di masalalu, seperti ini :
“sari kamu ketemu orang yg salah”
“sari kamu mencintai orang yg salah”
“sari kamu salah menghabiskan waktu dengan orang yg salah”
Yg sampai sekarang mamah selalu bahas adalah kedekatan gw dengan orang yg hampir 5 tahun macarin gw (2 tahun bersama, 3 tahun longdistance) tapi pergi gitu aja ninggalin gw. Padahal gw udah bisa move on, padahal setelahnya gw udah mencintai beberapa cowok, tapi mamah masih aja ngungkit dia. Padahal dia sama sekali udah gak berarti dimata gw dibandingin sama mantan-mantan gw setelahnya.